Bangun….! Bangun…! Di sebuah kamar yang
berukuran cukup besar, berwarna hijau muda dan dikelilingi oleh boneka mickey
mouse yang lucu. Kamar itu tampak gelap karena tirai-tirai jendela yang belum
dibuka. Tetapi, seberkas sinar pagi yang menembus tirai membuat kamar terlihat
samar-samar . Di sudut kiri ruangan terdapat sebuah meja rias dengan vas bunga
yang cukup besar berdiri disampingnya. Dan, diranjang tidur terlihat sesosok
perempuan yang masih terlelap oleh bunga-bunga tidurnya. Dia masih menutupi
tubuhnya dengan selimut yang tebal.
“Non Kiki! Bangun! Sudah siang, Non. Non, kan
mau sekolah. Ayo, bangun!” Teriak Bibi Iyem sambil sedikit menggedor-gedor pintu
kamar Kiki.
“Iya,Bi! Kiki bangun,” tutur Kiki sambil
beranjak dari tempat tidurnya.
Ya,Kiki. Itulah seorang anak perempuan yang
masih malas untuk beranjak dari tempat tidurnya. Kiki adalah seorang gadis yang
cukup cantik. Dia juga terkenal dengan sifatnya yang ramah dan penyayang.
Terlebih, dia anak yang cerdas, yang terlihat dari prestasinya di sekolah.
Dengan sedikit agak malas, Kiki pun bangun. Dia
melirik jam yang berada tepat ditengah, diantara kedua foto – fotonya. Jam yang
berwarna merah muda itu menunjukkan pukul 06.30. Kiki pun terkejut. Dia langsung
bergegas dengan penuh semangat ’45, pergi menuju kamar mandinya. Kiki pun bangun
dan membersihkan dirinya. Tak lama kemudian,dia telah siap untuk pergi menuntut
ilmu. Dia segera beranjak meninggalkan kamar tidurnya, menuruni tangga, dan
menuju halaman rumahnya. Tak lupa, dia berpamitan kepada ayahanda tercintanya.
Setelah itu, dia langsung menuju mobilnya. Mobil Avanza berwarna silver. Mobil
itu pun langsung melaju dengan cepat,menuju sekolah Kiki.
***
Di sisi lain, dikawasan Jakarta Utara. Berdiri
sebuah bangunan sekolah elit dengan megahnya. SMA Harapan Bangsa.Ya, itulah nama
sekolah itu. Dan, tepatnya didalam sekolah itu ada sebuah ruangan yang berada
disamping ruangan Lab. Komputer. Ruangan itu adalah ruangan kelas XI IPA
1.Setelah memasuki ruangan itu, tampak jelas hilir-mudik dan hiruk-pikuk para
siswa yang sibuk mengerjakan PR. Itulah salah satu kebiasaan yang terlihat di
ruangan itu. Kebiasaan itu telah mendarah daging bagi para siswa yang malas
untuk mengerjakan PR di rumah. Namun, disudut ruangan yang cukup bersih dan
dicat oleh warna putih itu, terlihat dua sosok manusia yang sedang bercanda
tawa. Mereka adalah Ginta dan Dika. Mereka tidak sibuk seperti anak yang
lainnya. Karena mereka termasuk siswa yang cukup berprestasi.
Ginta dan Dika telah bersahabat sejak mereka
sama-sama menjadi anggota baru di Sekolah Harapan Bangsa itu. Tetapi, salah satu
sahabat mereka belum tampak batang hidungnya. Dia adalah Kiki. Kiki juga salah
satu sahabat mereka. Namun, Kiki telah menjalin persahabatan terlrbih dahulu
dengan Dika, sejak kelas 2 SMP. Saat mereka duduk bersama dan belajar bersama.
Saat itulah, mereka mulai mengenal satu sama lainnya.
Teng! Teng! Teng!
Bunyi bel terdengar menandakan waktunya masuk
kelas. Ginta dan Dika pun semakin cemas karena Kiki belum juga datang. Hanya
selang beberapa menit , tampak seorang perempuan dengan rambut dikuncir satu,
memakai tas berwarna merah, tengah berlari dengan nafas yang tersengal-sengal
maasuk ke dalam kelas. Hati Ginta dan Dika pun lega. Begitu juga dengan Kiki.
Beberapa menit kemudian, tampak Pak Soni yang mengajar Matematika pun ruangan
kelas. Semua murid terdiam. Semua tak berkutik. Karena Pak Soni terkenal sebagai
guru yang tegas, berwibawa, disiplin, dan cenderung kearah kejam. Pak Soni
dijuluki Guru Killer.
Pak Soni mengajar seperti biasanya. Semua murid
memperhatikan. Dan suasana kelas pun tenang. Kira-kira 45 menit berlangsung,
terdengar bel berbunyi yang menandakan waktunya istirahat. Segera terlihat, para
murid berlari berhamburan menuju kantin. Sekejap, ruangan kelas kosong. Hanya
ada 3 sosok anak yang berbincang-bincang.
“Ki, kenapa sih tadi kamu telat? Biasanya, kamu
yang paling on time.” tutur Ginta.
“Iya, Ki ? Aku nih, khawatir sekali sama kamu,”
Tanya Dika seperti halnya dengan pertanyaan Ginta.Kiki senang karena Dika
mencemaskan dirinya.
“Hey, guys ! Tenang………tenang. Aku nih, nggak
kenapa – napa. Lihat , buktinya aku datang duluan kan dari Pak Soni ,” tutur
Kiki dengan santai.
“Itu kan hanya keberuntunganmu saja,Ki. Sudah!
Apa alasannya dong, Ki?” tutur Ginta dengan nada kesal.
“Ha ..ha ..ha.. .Ginta, Ginta! Jangan marah
dong, sahabatku! Gini, kemarin aku pergi ke rumah tanteku. Nah, aku pulang larut
malam. Kan ada tugas, tuh!!! Jadi, aku kerja’in PR dulu, baru aku tidur. Makanya
aku telat karena bangun kesiangan,” kata Kiki sambil menjelaskan alasannya pada
kedua sahabatnya.
“Oh……….gitu. I’m sorry. Tadi aku sedikit kesel
sama kamu,”tutur Ginta sambil memeluk Kiki.
“Iya…..iya…. tenang aja, kok. Aku kan orangnya
baik. Ohya, kita ke kantin yuk! Soalnya, tadi aku nggak sempet sarapan.Jadi,
perut aku udah keroncongan nih!” ajak Kiki.
“ Hmmm…. sorry deh! Aku nggak bisa. Karna aku
mau ke perpustakaan. Ada buku yang mau aku cari. Kalian berdua aja yang pergi.”
Jawab Ginta menolak ajakan Kiki.
“Ohh….OK deh! Yuk, kita pergi,” tutur Kiki
sambil menarik kedua tangan sahabatnya.
Serentak, mereka pun pergi meninggalkan kelas
dan berjalan bersama. Tapi, Ginta berbelok arah menuju perpustakaan. Sementara,
Dika dan Kiki menuju kantin yang telah dipenuhi oleh anak-anak yang perutnya
kelaparaan. Dika dan Kiki pun langsung menemukan tempat yang kosong. Dengan
sigap, Dika memesan makanan dan minuman . Tak lama kemudian, Dika menghampiri
Kiki dengan membawa 2 mangkok bakso dan 2 gelas es teh manis. Tanpa basa-basi,
mereka pun langsung melahap hidangan yang tersedia. Setelah merasa puas, mereka
tak langsung pulang ke kelas mereka. Tapi, mereka berbincang – bincang
sedikit.Dan, Dika pun memulai pembicaraan tentang isi hatinya.
“Ki, aku mau minta pendapat kamu soal perasaan
aku selama ini sama Ginta,” tutur Dika dengan wajah yang serius.
“Kamu, tau kan? Aku suka dengan Ginta sejak
lama.Sejak aku mengenalnya. Nah, besok aku mau menyatakan perasaanku ini. Kamu
mau nggak bantuin aku?” Tanya Dika.
Kiki pun tersentak. Tubuhnya kaku. Dia diam
membisu.Sulit bernafas. Kiki seperti seorang yang kelihangan salah satu yang
berharga dari hidupnya. Kiki tau, bahwa Dika menyukai Ginta. Tapi, Ginta dan
Dika tidak tau bahwa Kiki menyukai Dika sejak mereka bersahabat. Hal inilah yang
selama ini menjadi suatu rahasia besar baginya.Dan, dia selalu terbebani dengan
curhatan, dan cerita Dika tentang Ginta. Kiki pun menangis dalam hatinya.
“Hey, Ki! Kenapa??? Sakit???” Tanya Dika.
“ Apa??? Apa??? Oh………nggak kok. Sorry, tadi aku
ngebayangin kalau kalian berdua jadian . Kan seru tuh!!!” jawab Kiki dengan
gelagpan.
“Ohya, aku mau kok bantuin kamu. Tapi, bantuin
apa?” Tanya Kiki.
“Kiki, Kiki! Kamu emang sahabatku paling baik”
ucapnya sambil mengelus kepala Kiki.
“Ya,iyalah!Aku kan orangnya setia kawan. Jadi,
kalau sahabat aku meminta bantuan, ,aku tolongin dong!!!” ujar Kiki.
“OK deh!! Hmmm … begini rencananya.”
Dika dan Kiki pun segera menyusun rencana untuk
hari yang spesial bagi Ginta dan Dika.Tetapi,tidak untuk Kiki, yang baginya
hanyalah sebagai hari ,yang mungkin hari paling buruk dalam hidupnya.
***
Keesokan harinya,setelah pulang sekolah. Kiki
dan Dika pun menjalankan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Walaupun dengan
rasa agak berat, namun Kiki tetap membantu dengan hati yang tegar. Ini semuanya
dilakukan untuk kebahagiaan kedua sahabatnya. Sahabat yang dicintainya.
Mata Ginta pun ditutup dengan sehelai kain
hitam. Dika dan Kiki membawa Ginta pergi ke sebuah taman . Disana telah dihiasi
oleh berbagai bunga – bunga yang indah.Harum semerbak dan warna – warni bunga,
menambah indahnya taman yang bagaikan surga dunia. Dibawah pohon yang besar dan
rindang. Ginta duduk diatas kursi yang telah dipersiapkan. Lalu, Dika membuka
penutup mata Ginta. Ginta terkejut dengan apa yang ada dihadapannya. Hamparan
bunga yang indah mengelilinginya serta sebuah danau kecil yang
menyejukkan.Gemericik air terdengar dengan jelas. Terlebih, dibawah kakinya,ada
seorang pangeran yang sedang berlutut. Ya, pangeran itu adalah Dika. Dika
berlutut dengan memegang sebuah boneka teddy bear, boneka kesukaan Ginta dan
setangkai bunga mawar merah.
“ Ginta, aku membawamu kesini, karna aku mau
menyatakan perasaanku padamu. Aku suka kamu, Ginta. Maukah kamu menjadi pacar
aku?” Tanya Dika.
Ginta terhenyak. Dia pun berfikir sejenak.
Sebenarnya, dia juga suka dengan Dika. Rasa sukanya timbul sejak mereka saling
kenal. Akhirnya, dia memberanikan diri membuat suatu keputusan.
“Dika, sebenarnya aku juga suka dengan kamu.
So,aku mau jadi pacar kamu,” jawab Ginta.
Ginta pun memerima bunga dan boneka yang
diberikan Dika. Dika pun langsung memeluk tubuh Ginta dengan erat, seakan – akan
dia tak mau melepaskan pujaan hatinya. Rasa kegembiraan dan kebahagiaan pun
menyelimuti hati mereka berdua. Namun, ada seseorang yang tak ingin ikut dalam
kegembiraan itu. Dia adalah Kiki. Kiki hanya dapat berdiri sekuat yang dia
bisa,menahan rasa sakitnya melihat kejadian itu. Dia hanya dapat mematung dan
memandangi kemesraan kedua sahabatnya. Kiki hanya dapat diam, dan melihatnya
dengan hati yang terluka. Ingin sekali rasanya, dia pergi menjauh dari tempat
itu dan tak ingin kejadian itu terjadi. Jikalau, dia mempunyai kekuatan untuk
memutar waktu, dia akan mengulang kembali masa – masa ini yang hanya
menyakitkannya saja. Dan, dia tidak akan berfikir untuk menaruh harapan kepada
Dika. Namun, apalah dayanya. Hal itu tak mungkin terjadi. Harapannya telah
sirna. Dia hanya bisa memendam perasaannya. Dia harus terlihat tegar. Kiki tidak
mau rahasia cintanya terkuak dan membuat jalinan persahabatannya hancur.
Bagaikan nila setitik, rusak susu sebelanga.
Kiki pun menghampiri Ginta dan Dika serta
mengucpkan selamat atas hubungan mereka. Setelah itu, mereka beranjak
meninggalkan tempat itu. Dan menuju sebuah cafe untuk merayakan hari jadian
mereka.
***
Pada hari Minggu pagi , tepatnya sekitar pukul
11.00. Kiki mempunyai rencana untuk pergi ke makam ibunya. Dan pada hari itulah,
dia merealisasikan niatnya. Dia pun pergi dengan diantar oleh Pak Ujang. Seorang
supir yang selalu setia mengantarnya kemanapun ia pergi. Setelah sampai, Kiki
pun segera berlari menuju makam ibundanya. Dan , sekarang telah ada sebuah makam
dengan batu nisan yang bertuliskan Lismawati. Itulah nama ibundanya. Seorang
wanita yang dikaguminya. Ditempat itulah ibundanya beristirahat. Kiki pun
tertunduk lesu dan duduk disamping makam. Kiki menangis sejadi – jadinya hingga
air matanya terkuras habis. Dia menceritakan kejadian itu kepada Almarhumah
ibundanya. Walaupun telah tiada, dia masih merasakan kehadiran ibunya lewat
mimpi – mipinya. Merasakan hangatnya dan kasih cinta ibunya. Setelah merasa
puas, Kiki pun menyeka air matanya. Dia memberikan karangan bunga serta
memanjatkan doa untuk ibunya. Setelah itu, Kiki pun pulang ke rumahnya. Dan,
pada malam harinya , Kiki membuat suatu puisi yang berisi pernyataan perasaanya
kepada Dika. Puisi itu ditaruh, diselipkan kedalam buku diarynya.
***
Hari – hari pun dilewati Kiki dengan gembira.
Bagai orang yang tak punya beban. Kiki berusaha untuk tegar dihadapan kedua
sahabatnya. Dan, persahabatan mereka, berjalan seperti biasanya dengan lancar.
Hingga beberapa bulan kemudian, kira – kira 7 bulan. Hubungan Ginta dan Dika pun
berakhir. Alasannya, karena mereka merasa lebih nyaman untuk menjalin
persahabatan saja. Perasaan suka mereka itu, hanya sebatas perasaan kagum kepada
satu sama lain sebagai sahabat saja.
Akhirnya, masa kelulusan pun tiba. Semua murid
kelas XII baik IPA mupun IPS dinyatakan lulus. Begitu juga dengan Kiki, Ginta ,
dan Dika. Mereka telah terdaftar sebagai mahasiswa/mahasiswi di universtas
pilihahan mereka masing – masing. Dika masuk ke Universitas Atmawijaya. Ginta
masuk ke Universitas Bina Dharma. Dan, sedangkan Kiki masuk ke salah satu
universitas di Australia, yang tepatnya di Sydney, karena mendapat beasiswa
pendidikan.
Dan, akhirnya. Tibalah saatnya , Kiki
meninggalkan kota kelahirannya, tanah kelahirannya,dan tanah airnya. Ginta,
Dika, beserta ayahnya mengantar Kiki ke Bandara Soekarno Hatta. Haru biru pun
memenuhi suasana.
“Ayah, Kiki berangkat dulu ya! Ayah jaga
kesehatan, jangan memikirkan pekerjaan kantor melulu.,” tutur Kiki.
“Iya, Ki! Kamu tuh yang harus jaga diri. Harus
mandiri. Jaga kesehatan. Kalau ada apa – apa, telfon ayah. Kamu hati – hati, ya!
Ayah, sayang kamu ,Ki!” kata ayah sambil menitkkan air mata.
Ayah dan Kiki pun berpelukan dengan eratnya.
Lalu, Kiki berjalan menghampiri kedua sahabatnya sambil memegang buku diarynya.
Dia pun memeluk masing – masing tubuh Ginta dan Dika sambil mengucapkan salam
perpisahan.Saat berpelukan dengan Ginta. Tanpa sengaja, kertas yang berisikan
puisi yang dibuatnya, jatuh tepat dibawah kaki Ginta. Ginta begitu pula dengan
Kiki, tak menyadarinya.
Akhirnya, pesawat yang akan membawa Kiki pergi
ke Negeri Kangguru itu akan berangkat. Dia pun berjalan,perlahan – lahan
meninggalkan Ginta, Dika, dan ayahnya. Perasaannya semakin kacau. Dan, Kiki
mengusap air matanya yang masih tersisa. Lalu, Kiki melambaikan tangannya
sebagai tanda perpisahan.
“Dika, Ginta. Om pergi dulu ya! Om, ada meeting
di kantor. “ tutur Ayah Kiki. Matanya terlihat sembab.
“Baik,Om. Nggak apa – apa kok. Silahkan, Om!”
jawab Dika.
Ayah Kiki pun meninggalkan Ginta dan Dika di
bandara.
“Ginta, ayo cepat! Aku punya janji nih!”
“Iya, sabar Dika!” jawab Ginta.
“Oke. Aku tunggu kamu di mobil ya!”
“Iya, Dika,” jawab Ginta menyahut pertanyaan
Dika.
Dika pun pergi meninggalkan Ginta. Dia menunggu
Ginta di mobilnya. Ginta masih sedih. Dia berdiri sambil menangis meratapi
kepergiaan Kiki.Setelah hatinya tenang, Ginta pun pergi beranjak dari tempat ia
berdiri.Tapi, Ginta merasakan ada sesuatu berada dikakinya. Ternyata ada secarik
kertas. Dia pun memungut kertas itu. Lalu, pergi meninggalkan bandara bersama
Dika.
Saat di rumah, dia membuka secarik kertas itu.
Dan, ia pun membacanya. Begini isinya:
Puisi ini aku persembahkan untuk Dika, sahabat
yang aku cintai. Puisi ini adalah curahan hatiku. Diambil dari lagu Shanty
(Untuk Apa).
Untuk Apa
Ada hati yang patah
Dan itu hatiku
Rasanya nyawa ini
Tak ada karnamu
Keinginan hatiku . . . . . . .
Didepan mataku . . . . . . .
Namun, kau belum juga merasa
Kau fikir . . . . . . . .
Aku ada disini
Untuk apa ?
Kau kira . . . . . . . .
Sejauh ini ku datang
Untuk siapa ?
Kau rasa . . . . . . .
Kulakukan semua ini
Untuk siapa ?
Sangat ingin
Ku katakan . . . . . . . .
Ini untukmu . . . . . . . .
Ini untukmu . . . . . . . .
Untukmu . . . . .
Dika
Ada hati yang patah
Dan itu hatiku
Rasanya nyawa ini
Tak ada karnamu
Keinginan hatiku . . . . . . .
Didepan mataku . . . . . . .
Namun, kau belum juga merasa
Kau fikir . . . . . . . .
Aku ada disini
Untuk apa ?
Kau kira . . . . . . . .
Sejauh ini ku datang
Untuk siapa ?
Kau rasa . . . . . . .
Kulakukan semua ini
Untuk siapa ?
Sangat ingin
Ku katakan . . . . . . . .
Ini untukmu . . . . . . . .
Ini untukmu . . . . . . . .
Untukmu . . . . .
Dika
Ginta terperanjat setelah membaca isi puisi
itu. Dia pun menangis karena terpukul dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ginta
tak menyangka, jika Kiki rela mengorbankan perasaannya. Ginta merasa sangat
bersalah, dia telah menyakiti hati Kiki. Seorang sahabat yang disayanginya.
Ginta tidak mau menceritakan hal ini kepada Dika. Karena akan menjadi suatu
beban bagi semuanya. Dan, pada akhirnya biarlah hal ini menjadi suatu rahasia
besar bagi Ginta dan Kiki. Biarlah rasa ini terpendam untuk selamanya!!
this is my account facebook http://www.facebook.com/nadzerkyuhyun
and followme on twitter http://twitter.com/nadsandisk